Lewati navigasi

Monthly Archives: Desember 2008

Semoga kali ini BeNar adAnJa .. πŸ™‚

Setelah beberapa kali sempat diundur, sepertinya kali ini rencana membebaskan biaya fiskal bagi warga Indonesia yang akan bepergian ke luar negeri akan terealisasikan. Insyaallah mulai Januari 2009 ini akan diimplementasikan, mengikuti negara-negara tetangga yang sudah lebih dulu membebaskan bea fiskal bagi warganya. Pembebasan bea fiskal akan diberikan bagi yang bisa menunjukkan NPWP. Buat para ibu dan anak juga ikut mendapat fasilitas bebas bea fiskal asalkan suami sudah mempunyai NPWP. Sungguh berita baik yang sudah lama kita tunggu-tunggu. Langsyung deh ancang-ancang bikin schedule untuk jalan-jalan πŸ™‚

Pembebasan bea fiskal adalah salah satu sarana untuk mengantisipasi perlambatan ekonomi akibat krisis global, sekaligus bagian dari reformasi internal Dirjen Pajak. Saya pribadi mengacungkan jempol buat Dirjen Pajak yang bangkit dari keterpurukan masa lalu dengan cara remunerasi dan perbaikan pelayanan kepada masyara
kat. Ini bisa dijadikan sebagai contoh bagi instansi pemerintah yang lain supaya juga mulai mereformasi diri dan meningkatkan profesionalisme dalam melayani masyarakat.

Dengan program barunya yang bak selebrity, β€˜Sunset Policy’ (alias Kebijakan Magrib hehe), Dirjen Pajak cukup sukses meningkatkan jumlah Wajib Pajak dan penerimaan pajak. Hingga awal Desember 2008, jumlah pemilik NPWP meningkat 10 kali lipat dari bulan-bulan sebelumnya. Dan Realisasi Penerimaan Neto Dirjen Pajak periode Jan – Nov 2008 mengalami pertumbuhan lebih dari 40% dibanding realisasi penerimaan periode yang sama tahun 2007. Sungguh pencapaian yang luar biasa menurut saya, karena pajak bukanlah subjek yang menarik bagi masyarakat terlebih dalam masa-masa sulit seperti sekarang. Namun Dirjen Pajak bisa mengemasnya dengan cukup apik, sehingga masyarakat berbondong-bondong untuk datang melaporkan pajaknya dan mendaftarkan diri sebagai WP.

Ini tidak lain karena usaha keras Dirjen Pajak membenahi diri secara internal, dilanjutkan dengan sosialisasi yang gencar dilaksanakan melalui semua media, perbaikan pelayanan baik melalui KPP, Call Center, SMS dan internet, reformasi birokrasi menjadi lebih efisien, dan yang paling menarik bagi saya adalah direalisasikannya pemberian fasilitas bebas fiskal bagi mereka yang telah memiliki NPWP πŸ™‚ Sebaliknya bagi mereka yang tidak memiliki NPWP, maka bea fiskal akan dinaikkan menjadi 2.5 juta untuk perjalan ke luar negeri via bandara (naik 150%), dan 1 juta untuk perjalanan via laut (naik 100%). Sedangkan untuk jalur darat belum ada ketetapan. Nah jadi bagi yang belum memiliki NPWP, ayo buruan bikin. Toh sekarang prosesnya sudah dipermudah.

Sekedar berbagi pengalaman sedikit sewaktu saya mengurus NPWP suami di KPP Tanah Abang minggu ini. Sungguh diluar dugaan, tidak lebih dari setengah jam saya sudah menerima hasilnya berupa Kartu NPWP berbentuk PVC Card sesuai standard ISO CR-80, ISO 7810 (54mm x 86 mm) berwarna kuning lengkap dengan Nama dan Alamat sesuai KTP tertera di atas kartu. Pada saat antri pun, saya tidak merasa canggung karena ruang tunggu dibuat sedemikian nyaman dengan sofa-sofa yang bersih, dan disediakan mesin penyedia minuman otomatis. Setelah memasukkan koin sesuai harga yang tertera .. lalu saya duduk antri sambil menikmati coklat panas ditangan πŸ™‚ Di sudut lain saya lihat petugas dengan ramah menyediakan jasa konsultasi gratis mengenai perpajakan. Jauh dari kesan jutek atau berbelit-belit ataupun lelet seperti yang selama ini menjadi image atas sebuah instansi pemerintah. Padahal mereka diwajibkan masuk di hari Sabtu demi untuk melayani masyarakat yang datang saat weekend.

Well .. congrats sekali lagi untuk Dirjen Pajak dan seluruh karyawannya. Sebagai warga negara yang baik saya sangat mendukung gerakan membangun bangsa semacam ini. Semoga terus dijaga performance-nya supaya kepercayaan masyarakat yang sudah terbangun dengan baik bisa terus meningkat. Harapan kita semua, hasil penerimaan pajak yang sudah meningkat ini bisa diawasi dengan baik dan rakyat bisa ikut menikmati hasilnya. Nggak sabar pengen segera membuktikan kebenaran soal bebas fiskal ini bulan depan πŸ™‚ Untuk instansi pemerintah yang lain, kita tunggu gebrakan reformasi lainnya
.

Ini dia caranya untuk menikmati fasilitas bebas fiskal di Bandara


Apa yang ada di kepala kita jika mendengar kata ‘Tunanetra’? Barangkali jawabannya adalah: cacat, aneh, di rumah terus, bergantung pada orang tua atau keluarga untuk semua kebutuhannya, banyak keterbatasan beraktivitas, tidak banyak bisa melakukan aktivitas yang biasa dilakukan orang normal, menyedihkan, tidak up to date, tidak ada pekerjaan profesional yang bisa digeluti kecuali pijit tuna netra, paling mentok pacaran dengan sesama tunanetra, dan jawaban-jawaban lain yang lebih mengarah pada hal yang sifatnya negatif. Jujur .. awalnya saya pun berpendapat demikian. Mungkin pendapat tersebut benar untuk beberapa tuanetra, tapi tidak dengan yang satu ini.

Pagi itu seperti biasa saya sedang bersiap ke kantor sambil mendengarkan Cosmopolitan FM. Bintang tamu kali ini sangat spesial, lain dari biasanya, dia adalah anak bangsa yang menjadi salah satu composer untuk musik game terkenal di Jepang, Nintendo. Sudah lebih dari 100 karya komposisi dibuatnya, dan ketika diperdengarkan salah satu karyanya di radio waktu itu saya berdecak kagum sekaligus bangga .. cooooolll !! Dialah Eko Ramaditya Adikara, yang sedari kecil sangat hobi bermain game, hingga akhirnya mengukuhkan dirinya adalah penggemar musik ber-genre Game. Aneh memang karena umunya genre musik itu ya seperti Pop, Jazz, Rock, Dangdut .. lha ini, kok musik game ?!? Tapi justru itulah yang mengantarkan dia menjadi seorang composer musik game ternama.

Tidak cukup sampai disitu, dia juga sangat hobi berpetualang ke tempat-tempat yang baru sendirian. Itu dia lakukan disela-sela kesibukannya menjadi mahasiswa tingkat akhir jurusan Sastra Inggris S1 di Universitas Darma Persada Jakarta, dan diantara kegiatannya menjadi motivator dalam beberapa event. Dalam kesibukannya dia masih menyempatkan diri menceritakan aktivitasnya dalam blog pribadinya.

Tapi dari semuanya, yang membuat saya tercengang adalah .. bahwa dia adalah seorang tunanetra. Yah .. Rama adalah seorang tunanetra sejak lahir. Anak pertama dari keluarga sederhana yang tidak pernah diperlakukan berbeda dengan saudara-saudaranya karena kecacatannya. Support positif dan tempaan dari keluargalah yang menjadikannya sekuat dan sehebat sekarang. Kegigihannya dalam berusaha mengantarkannya pada banyak kesempatan di dunia luar, bukan hanya di rumah atau di lingkungan tunanetra.

Dalam bukunya berjudul ‘Blind Power’, Rama banyak menceritakan tentang pengalaman-pengalamannya selama ini. Ada segudang cerita yang sepertinya tidak mungkin dilakukan oleh seorang tunanetra. Sebut saja dia hobi main game. Bagaimana mungkin seorang buta bisa main game? Rupanya dengan kecanggihan teknologi orang buta bisa memainkan game.

Rama juga sangat melek teknologi, tak seperti yang kita bayangkan atas seorang tunanetra, sebaliknya dia sangat fasih menggunakan gadget seperti PDA, laptop, komputer, bahkan dia merakit sendiri komputernya !! Suatu hal yang bahkan saya sendiri yang notabene berpenglihatan lengkap pun belum bisa melakukannya. Malu rasanya πŸ™‚ Rama menguasai software dan hardware komputer, hingga sempat membawanya ke pekerjaan sebagai IT Support di sebuah perusahaan yang baru berdiri. Meski menurutnya pengalaman kesetrum sudah menjadi hal yang biasa baginya πŸ™‚ Tapi bagaimana dia mempelajari semua itu dan mengerjakannya, sungguh sangat mencengangkan bagi saya.

Pada tahun 2003, Rama membuat blog pertamanya sendiri, http://ramaditya.com, yang membawanya memboyong sebuah rekor MURI untuk kategori blog pertama di Indonesia yang dibuat oleh seorang tunanetra (Blind Blogger). Di blog tersebut rama menuliskan cerita kesehariannya, yang selanjutnya dirangkum menjadi buku pertamanya berjudul ‘Blind Power’. Komunikasinya dengan dunia luar juga aktif dilakukan melalui email, chatting, maupun SMS.

Bingung kan bagaimana caranya dia bisa melakukan semua itu sendiri? Tidak perlu asisten untuk mengetikkan dan membacakan emailnya, atau meminjam tangan orang lain untuk sekedar chatting dengan teman-temannya. Rupanya lagi-lagi kecanggihan teknologi yang menyokong 80% dari aktivitasnya. Untuk membaca teks di komputer, seperti email, chat, dll Rama menggunakan program pembaca layar (screen reader). Begini penjelasan Rama dalam bukunya, “Screen reader mampu membacakan isi website berikut kalimat-kalimat yang ada di dalamnya.”

Dengan screen reader tersebut, ayah Rama tidak perlu merekam suaranya lagi untuk membacakan buku-buku pelajaran, seperti yang dilakukannya ketika dia masih di bangku sekolah, melainkan cukup dengan menggunakan scanner dan memanfaatkan teknologi OCR (Optical Character Recognition), yaitu teknik memindai tulisan di buku menjadi teks dengan cara melakukan scan pada media cetak, dan hasilnya dapat disimpan dalam format teks atau MS-Word, yang akhirnya bisa dibaca oleh screen reader. Luar biasa !!

Nah apalagi kira-kira yang dilakukan oleh pria yang mengaku nyentrik ini, dia hobi jalan-jalan dan berpetualang bahkan mendaki gunung !! Heran kan bagaimana caranya? Saya kutipkan jawab Rama dalam bukunya ‘Blind Power’, “Waktu aku masih kecil, aku masuk ke asrama SLB/A Pembina Tingkat Nasional di daerah Jakarta Selatan. Di sana, aku belajar banyak mengenai cara orientasi mobilitas. Hal pertama yang kupelajari adalah sistem mata angin. Aku diajari mendeteksi arah angin seperti halnya memakai kompas. Dalam pelatihan ini, aku diharuskan peka terhadap panas sinar matahari (mengukur posisi panasya), peka terhadap hembusan angin (biasanya hembusan angin itu searah dan bertahan dalam jangka waktu lama) dan berkonsentrasi untuk menentukan arah mata angin.” Ada juga pelatihan-pelatihan lain yang diceritakannya mampu membuatnya mandiri dan bisa melakukan banyak hal sendiri. Saya tertarik mengetahui cara-cara yang digunakan para tunanetra untuk mengetahui letak suatu tempat, sekaligus salut karena ternyata sungguh butuh konsentrasi luar biasa bagi teman-teman tunanetra untuk mencapai suatu lokasi, sementara kita yang normal saja (terutama saya) masih sering nyasar dan kebablasan. Jadi malu lagi dua kali .. πŸ™‚

Masih banyak lagi cerita menarik tentang Rama yang bisa teman-teman baca dari bukunya ‘Blind Power’ (seru abiss !!) , atau baca cerita yang dituangkannya di blog pribadinya http://ramaditya.com . Dari mulai keanggotaannya di Merpati Putih, imajinasi-imajinasinya, pengalaman sebagai wartawan tunanetra, profesi barunya sebagai Motivator, cerita-cerita cintanya, perjalanan ke Thailand, dan banyak lagi. Buat saya buku ini mampu menggugah semangat saya yang alhamdulillah diberi penglihatan ini, untuk lebih bersemangat dan tidak mudah menyerah pada keadaan. Dan bagi mereka yang memiliki anggota keluarga tunanetra, untuk tidak menyesali kecacatan fisik yang dimiliki, melainkan memberikan support kepada mereka. Karena ternyata support positif keluarga sangat berperan dalam pembentukan jiwa yang kuat, termasuk banyak mengajak mereka berinteraksi dengan dunia luar. Rama juga bisa menjadi role model bagi teman-teman tunanetra untuk terus maju dan beraktifitas meskipun mereka tidak memiliki indra penglihatan yang sempurna.

Satu kata dari saya untuk si Bandel tapi Inspiring Eko Ramaditya Adikara .. Amazing !!

Raihlah mimpimu, tapi tetaplah rendah hati jika kesuksesan sudah menghampiri.